Ragam  

Rahasia dan Hikmah Luar Biasa tentang Hari RABU

Rabu
Prof. Dr. H. Ahmad Rusdiana, Drs., MM. (Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh: Prof. Dr. H. Ahmad Rusdiana, Drs., MM.

Simaknews.id – RABU nama hari dalamah bahasa Arab; Bahasa Arabnya hari rabu adalah yawmul-arbi’aa`i (يَوْمُ الأَرْبِعَاءِ). Beberapa tradisi memandang hari Rabu sebagai hari keempat dalam seminggu. Penguasa hari Rabu sendiri merupakan planet Merkurius yang paling dekat dengan matahari dan mungkin terkecil dari planet lainnya.

Dalam pandangan Islam, Allah SWT menciptakan dunia ini hanya dalam waktu 4 hari dimulai dari Ahad. Dan pada hari Selasa Allah SWT menciptakan segala ilmu yang ada di dunia ini. Dalam proses pembentukan bumi oleh Allah SWT, penyempurnaan bumi dilakukan pada hari Selasa dengan menggunakan ilmu.

Pembangunan bumi ini ada dua tahap. Tahap pertama dilakukan pada hari Ahad dan Senin. Sedangkan tahap kedua yaitu tahap penyempurnaan. Bumi ini disempurnakan dengan ilmu. Maka dimulailah ilmu itu pada hari Selasa dan Rabu. (KH.Maimoen Zubair, 2012).

Para Ulama menganjurkan hari Rabu untuk mulai menuntut ilmu. Waktu menjadi pilihan seseorang untuk memulai satu hal, termasuk untuk belajar atau mencari ilmu. Imam Az-Zarnuzi dalam kitabnya.

“Ta’Limul, Mutallim” menceritakan, bahwa gurunya Syekh  Al-Imam Burhanudin Rahimahullah menetapkan Rabu untuk memulai belajar. Dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadis, dan menjadikannya sebagai dasar.

Di antara adab itu adalah memilih hari untuk memulai belajar. Guru besar Syaikh Burhannudin radhiallahu anh sang pengarang kitab,  memastikan bahwa hari terbaik dalam menuntut ilmu ialah hari Rabu. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi:

Artinya: “Tiada satupun yang dimulai pada hari rabu kecuali sungguh sempurna.”

Diceritakan pula dari sebuah hadis, seorang shaleh mendengar hari rabu mengadu kepada Allah karena anggapan sial orang-orang terhadapnya, maka Allah menganugerahkan bahwa segala apa yang dimulai di hari rabu, maka pasti akan sempurna. Dan seperti ini pula yang biasa dikerjakan oleh Abu Hanifah rahimahullah.

Beliau juga meriwayatkan hadis di atas dengan sanadnya dari guru beliau Syekh Al-Imam Qiwamuddin Ahmad bin Abdur Rasyid rahimahullah.  Saya mendengar dari seorang yang saya percaya bahwa Syekh Al-Imam Yusuf Al Hamdani rahimahullah juga mendapatkan Semua amalan baik pada hari Rabu. Dan ini ada riwayatnya. Karena pada hari Rabu itu Allah menciptakan cahaya, dan hari itu merupakan hari Isilah bagi orang kafir. Sehingga hari itu menjadi diberkahi bagi orang mukmin.

Abu Hanifah rahihamullah meriwayatkan dari Syekh Al-Qadi Al-Imam Umar bin Abu Bakar Az-Zaranjariyah rahimamullah bahwa ia berkata. “Guru-guru kami mengatakan. Sebaiknya standar bagi orang yang baru mulai belajar adalah sekira ia mampu memahami pelajaran dengan mengulangi dua kali.” Kemudian menambahkan satu kata sedikit demi sedikit setiap hari, bahkan meskipun pelajarannya panjang dan banyak sekalipun, ia masih mampu memahami dengan mengulangi dua kali.

Disamping itu, ia harus bersikap bijak dan bertahap dalam belajar. Namun, apabila pelajaran pertama yang dikaji ini terlalu panjang sehingga seorang pelajar memerlukan mengulang materi hingga 10 kali, maka untuk seterusnya sampai yang terakhir pun harus seperti itu. Sebab, hal itu akan menjadi kebiasaannya, dan dia tidak bisa meninggalkan kebiasaan tadi kecuali dengan susah payah.

Imam Az-Zarnuzi menyarankan, sebaiknya, seorang penuntut ilmu mulai belajar dari ilmu-ilmu yang paling mudah dipahami. Syekh Al-Islam Al-Ustadz Syarafudin Al Uqaili raimullah berkata. “Menurut hemat saya, yang benar dalam masalah ini adalah seperti yang telah dipraktikkan oleh para guru kita untuk murid-murid baru, mereka memilih dan kitab-kitab yang kecil dan ringkas karena hal itu akan lebih mudah dipahami dan dihafalkan. tidak membosankan, dan banyak diperhatikan di masyarakat.”

Seyogianya seorang penuntut ilmu membuat catatan sendiri mengenai pelajaran-pelajaran yang sudah diajarkan, setelah dihafal dan diulang-ulang karena cara itu akan sangat bermanfaat. Selain itu, jangan sampai menulis sesuatu yang tidak ia pahami.

“Karena hal ini akan menyebabkan tumpul atau menghilangkan kecerdasan dan membuang-buang waktu,” katanya. Seorang penuntut ilmu harus bersungguh-sungguh untuk memahami pelajaran dari sang guru, yakni dengan cara merenungkan, memikirkan dan sering mengulang-ulang. Sebab, apabila pelajaran yang baru ini masih sedikit, sering mengulang-ulang, dan direnungkan maka akan dapat di mengerti dan dipahami. Dikatakan: “Menghafal dua huruf kata lebih baik daripada mendengar dua karung dari buku tanpa menghafalnya. Dan memahami dua huruf kata lebih baik daripada menghafal dua karung dari buku.”

Apabila seorang penuntut ilmu pernah mengabaikan pemahaman, dan tidak mau berusaha satu dua kali, maka itu akan menjadi kebiasaan, dan ia pun tidak bisa memahami kalimat yang mudah sekalipun. Maka dari itu, hendaknya tidak mengabaikan pemahaman, akan tetapi ia harus bersungguh-sungguh mengalaminya, lalu memanjatkan doa kepada Allah. “khusyuk tunduk kepadanya karena Allah pasti akan mengamalkan doa orang yang memohon kepadanya, dan tidak mengabaikan orang yang berharap kepada-Nya.”

Kajian Kitab Ta’liimul Muta’allim (Hari Permulaan Belajar) mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita. Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah. Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita. Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita. Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya. Seraya Berdo’a: ال

“Ya Allah, Engkau yang menciptakanku, membimbingku, memberiku makan, memberiku minum, mematikanku, dan membangkitkanku kembali.”

Walllahu A’lam Bishowab.

Penulis:

Ahmad Rusdiana ,  Guru Besar Manajeman Pendidikan,Pendiri tresnabhakti.org, pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Risalah Ramadhan ,https://etesis. uinsgd.ac.id/29428/1/BKK Penga Risalah Ramadhan. Kepemimpinan Pendidikan; Kebijakan Pendidikan; Etika Komunikasi Organisasi; Manajemen Risiko, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan dll. (tidak kurang dari 60 buku, 18 Penelitian dan 40 Jurnal). Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket AB C. Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kab. Ciamis Jawa Barat***red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *