(CIMAHI), simakNEWS – Air dan tanah di Kota Cimahi di Kawasan Pemakaman Sembah Dalem Wirasuta Widjaya, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi dinilai sakral dan keramat. Untuk itu, air dan tanah makam yang berada di TPU Muslim Cipageran itu menjadi salah satu yang terpilih dibawa Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan menjadi bagian dari pembangunan ibu kota yang baru. Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi, Nursaleh, mengatakan, untuk memilih sumber air yang akan dibawa itu pihaknya sudah berkonsultasi dengan kabuyutan Kabuci. “Kita ambil mata air yang mana dulu. Kita nanya-nanya dan akhirnya kita ambil mata air yang di pemakaman itu. Kita ambil 5 liter sama tanah 2 kilogram,” katanya, Selasa (22/3/2022).
Bukan tanpa alasan pihaknya menentukan untuk mengambil air dan tanah dari tempat itu. Berdasarkan cerita di kalangan masyarakat, sumber mata air tersebut merupakan peninggalan dari Sembah Dalem Eyang Wirasuta Widjaya meskipun sumurnya kini sudah tidak utuh lagi. Apalagi pada tahun 2019, air dari sumber tersebut juga pernah dibawa dalam acara kebudayaan Kawin Cai sa-Nusantarasa yang digelar di Kota Cimahi. Tradisi ini diikuti 135 kabuyutan dari seluruh Nusantara yang membawa air untuk disatukan dalam satu tempat. “Sumur itu disinyalir enggak habis, mata air peninggalan almarhum Mbah Eyang Wirasuta. Jadi memang dikeramatkan,” ucap Nursaleh.
Penjaga Makam Sembah Dalem Wirasuta Widjaya, Nenek Ikah (67), mengaku tak tahu percis sejarah tentang sosok dan mata air yang berada di tempat tersebut. Sebab ia tak diceritakan secara detail dari pendahulunya. Nenek Ikah hanya tahu bahwa Eyang Sembah Dalem Wirasuta Wijaya merupakan wali yang menyebarkan agama Islam di Cimahi.
Keberadaan makam Eyang Sembah Dalem Wirasuta, terang dia, sudah dikenal ke berbagai daerah. Sebab, peziarah yang datang untuk mendoakan hingga meminta keberkahan datang dari berbagai daerah seperti Bogor, Depok dan daerah lainnya. “Biasanya rame itu jelang puasa atau setelah lebaran”, tuturnya. Belum Ada Catatan Pasti Perjalanan Eyang Sembah Dalem Wirasuta.
Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Mahmud Mubarok, mengatakan, sejauh ini dirinya belum mendapatkan literatur seputar perjalanan Eyang Sembah Dalem Wirasuta Wijaya. Termasuk asal-usulnya. Hanya berdasarkan cerita warga, sosok tersebut memang merupakan tokoh Sunda dan leluhur kabuyutan Cipageran. Eyang Sembah Dalem Wirasuta yang dulunya menjadi pelopor adanya daerah Cipageran. “Warga disekitaran makam, diyakini sebagai pembuka perkampungan. Beliau yang pertama yang membuat perkampungan itu,” ujarnya.
Machmud juga belum menemukan catatan kapan Eyang Sembah Dalem Wirasuta Wijaya lahir dan wafatnya kapan. Terlebih lagi dalam pusaranya tidak terdapat keterangan yang menandakan kelahiran dan wafatnya. “Tapi jika melihat dari sisi, makam seputaran Wirasuta, kita melihat ada nisan termasuk tua tapi itu sepertinya tahun 1600-1700-an kalau lihat dari bentuk kuburan yang tua di sana,” terangnya.
Yang ia tahu, sosok Eyang Sembah Dalem Wirasuta Widjaya semasa hidupnya merupakan penyebar agama Islam, persisnya tidak diketahui apakah hanya di sekitaran Cipageran atau sampai keluar daerah. Lebih lanjut, Machmud mengatakan, Cipageran juga bisa jadi merupakan cikal bakal lahirnya Cimahi sebagai bagian dari distrik Cilokotot pada masa penjajahan Belanda dulu. Sebab dipercaya jika kehadiran Embah Wirasuta di daerah tersebut lebih dulu ketimbang pembangunan Jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur Hindia-Belanda Herman Willems Daendels pada 1811. “Bisa jadi Cimahi ini sebetulnya berawal dari Cipageran. Padahal kita tahu nilai sejarahnya sangat kental,” pungkasnya. (*)