GARUT, Simaknews.id – Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa asing yang wajib dikuasai oleh semua orang sebagai alat komunikasi lintas bangsa dan budaya. Tentu keberadaan bahasa Inggris ini sangat strategis karena orang yang menguasai bahasa Inggris ini akan mendapatkan berbagai keuntungan, baik secara status sosial, pendapatan finansial, maupun prestasi akademik. Rasanya sudah tidak menjadi hal yang asing bila saat iniberbagai lowongan pekerjaan yang tersebar dalam surat kabar, media sosial, dan situsweb resmi menyertakan persyaratan tentang penguasaan bahasa Inggris, baik itu syarat berbentuk permintaan sertifikat kemahiran bahasa Inggris seperti TOEFL, IELTS, TOEIC, dll., maupun berbentuk tes wawancara secara langsung oleh tim seleksi. Hal ini tentu saja perlu menjadi perhatian kita semua bahwa bahasa Inggris ini memberikan daya tawar yang cukup menentukan dalam pencapaian karier seseorang pada era sekarang. Oleh karena itu, segenap masyarakat di negeri ini terutama siswa SMA yang merupakan jenjang terakhir dalam program wajib belajar 12 tahun diharapkan untuk mulai menggunakan bahasa Inggris, baik dalam praktik komunikasi lisan maupun tulisan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar siswa SMA belum bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, padahal iasaat ini berada pada jenjang terakhir dalam program wajib belajar 12 tahun. Kenyataan ini sesuai dengan indeks kemampuan bahasa Inggris yang dirilis oleh English First tahun 2020, suatu lembaga nonpemerintah yang fokus pada layanan program pembelajaran bahasa Inggris, yang menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-80 dari 112 negara di dunia dan posisi ke-14 dari 24 negara di Benua Asia. Hasil ini memberi makna bahwa kemahiran penduduk Indonesia dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris masih dikatakan rendah.
Hal ini menandakan bahwa pembelajaran bahasa Inggris pada semua level pendidikan formal belum mampu memberikan stimulus para siswanya untuk berlatih untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Jenjang sekolah menengah atas (SMA) yang merupakan akhir dari program wajib belajar 12 tahun, seharusnya mampu mencetak para siswanya untuk mampu menggunakan bahasa Inggris dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kenyataan ini tentu menjadi tugas besar, baik para guru bahasa Inggris, manajemen sekolah pada jenjang SMA, maupun pemangku kepentingan dan kebijakan pada tingkat dinas dan kementerian yang mengurusi pendidikan, khususnya mata pelajaran Bahasa Inggris.
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari beberapa mahasiswa baru (baru lulus SMA), porsi terbesar pembelajaran yang diperoleh siswa itu terletak pada kemampuan membaca (reading), tata bahasa (grammar), dan kemampuan menulis (writing). Para siswa kerap kali disuguhkan latihan-latihan yang sifatnya menjawab pertanyaan berbentuk uraian dan pilihan ganda seputar ketiga aspek di atas. Pada saat diberikan tugas rumah pun, siswa sering kali mengerjakan latihan soal-soal yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang lebih berorientasi pada kemampuan membaca dan tata bahasa. Jarang sekali para siswa ini diberikan materi berkenaan dengan kemampuan menyimak dialog atau percakapan yang bersumber dari tape recorder, file audio, atau video pembelajaran seperti melihat tayangan percakapan langsung native speaker. Padahal aktivitas listening ini seharusnya menjadi aktivitas pertama pada setiap pergantian topik pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa aktivitas listening ini akan menjadi stimulus positif terhadap para siswa karena memberikan input aural pertama. Dengan adanya kegiatan listening pada awal pembelajaran, secara tidak langsung para siswa diberikan informasi berupa kata, frasa, kalimat, pronunciation (pelafalan), dan intonasi yang membuka wawasan para siswa sebelum ke keterampilan yang lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak berkontribusi dalam dunia pendidikan dan pengajaran bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Kini, untuk mendapatkan materi pembelajaran listening tidak sulit, cukup masuk ke dalam media online populer Youtube, media sosial Instagram, dll. Kedua media online ini tidak hanya berisi konten-konten yang diperuntukkan bagi penikmat hiburan, tetapi juga menyediakan pula konten-konten video yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan pembelajaran bahasa Inggris.
Dalam Youtube dan Instagram banyak sekali provider yang mengunggah dialog atau percakapan bahasa Inggris yang diperankan oleh native speaker dengan tema beragam sehingga kita sebagai guru Bahasa Inggris bisa memilih dan memilah video mana yang akan disuguhkan kepada siswa kita untuk menjadi materi pembelajaran yang autentik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan. Di samping itu, terdapat pula buku-buku atau modul-modul belajar bahasa Inggris yang sudah dilengkapi dengan audio untuk materi listening.
Optimalisasi pelaksanaan aktivitas pembelajaran bahasa Inggris berbasis empat keterampilan, yaitu listening, speaking, writing, dan reading merupakan hal wajib yang harus diberikan kepada para siswa SMA di negeri ini. Mereka harus disuguhkan bagaimana bahasa Inggris itu dipraktikkan dalam praktik komunikasi tertentu oleh penutur aslinya dalam kehidupan nyata, tidak hanya berbasis teks dialog yang dicontohkan oleh guru atau beberapa perwakilan siswa yang ditunjuk guru. Adanya materi-materi listening yang bersumber dari tape recorder atau situs media populer, YouTuber diharapkan bisa menumbuhkan kesan baik sehingga menjadi inspirasi dan pemicu para siswa supaya termotivasi untuk mulai berlatih mempraktikan bahasa Inggris.
Penulis : Muhamad Hilman Firmansyah, Dosen Fakultas Komunikasi dan Informasi Universitas Garut
thanks fro shairng