(KBB), simaknews.id – Papajar, merupakan adat budaya masyarakat pasundan dalam memasuki bulan suci ramadahan tiap tahunnya. Ini dikandung maksud untuk memuliakan dan melestarikan budaya setempat sebagai salah satu kearifan lokal yang patut dipertahankan dan dilestarikan khususnya bagi kalangan anak muda, demikian diungkapkan Ketua Komunitas Sunda Perceka Kabupaten Bandung Barat, Abah Wasna, disela acara Gelaran Papajar di Kampung Cipadang Desa Sirnagalih Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat, Jum’at (1/4/2022).
Diceritakan, bahwa budaya turun temurun leluhurnya ini memberi gambaran dan petuah nan sarat filosofi dalam hidup dan kehidupan yang terus didengungkan oleh para sesepuh kampung dimasyarakat setempat. Dikatakan abah Wasna, setiap memasuki bulan suci ramadhan, budaya Papajar selalu dilaksanakan dengan berbagai ritual yang menggambarkan pensucian diri kala memasuki bulan ramadhan sebelum menjalankan ibadah puasa, khususnya kepada anak-anak.
Dikatakan Abah Wasna, walau masih disuasana pandemi, bagi masyarakat Cipeundeuy KBB khususnya, Papajar dilaksanakan secara rutin. Ada serangkaian adat atau budaya sekitar yang dilakukan oleh para leluhur, yakni berkumpulnya masyarakat dari berbagai kalangan dan dimanapun berda untuk bersama mengadakan gelaran Papajar pada suatu tempat yang ditentukan untuk berkumpul. Diungkapkannya, bahwa Papajar itu berarti makan bersama yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sebagi bentuk rasa syukur dan menjalin silarturahmi menjelang bulan ramadhan.
Dicontohkan, setelah menjalankan mandi (keramas) di pancuran, seorang anak akan disuapin makan oleh orang tuannya yang sebelumnya didoakan oleh orang tuannya. Kidung sunda mengalun mengiringi adat tersebut. Biasanya, dalam rangkaian acara Papajar akan diawali petuah dan doa oleh tetua lingkungan dan diiringi oleh musik tradisional, bahkan anak-anak akan membawa segala permainan tradisionalnya.
Rangkaian sebagaimana dimaksud, dikatakan Abah Wasna, memiliki makna dan filosofi kehidupan untuk kebaikan anak dimasa depan, dengan bersih diri yang dilakukan dalam rangkaian adat dan budaya tersebut, diharapkan anak akan menjadi lebih baik, soleh dan rajin dalam menjalankan ibadah puasa juga pada hari-hari selanjutnya. Anak diharapkan akan lebih takwa kepada Tuhan nya.
Hal senada diungkapkan Pamong Budaya Disbudpar Kabupaten Bandung Barat, Ernandi. Dikatakannya, bahwa budaya Papajar merupakan budaya turun temurun masyarakat yang dilakukan oleh para leluhur dan sesepuh / tetua kampung. “Terkait Papajr yang digelar di Cipeundeuy, ini merupakan budaya lokal yang patut dilestarikan. Alhamdulillah di Desa Sirnagalih Cipeundeuy, Papajr masih terpelihara dan dilaksanakan dengan penuh hikmat dihadiri dengan antusias masyarakat setempat”, ujar Ernandi.
Disbudpar KBB sangat apreasitif dan merasa terpanggil untuk melestarikan dan menjadikannya bagian pengembangan budaya di Disbudpar KBB, dan dapat dikemas sebagai destinasi kearifan lokal yang mumpuni. “Papajar merupakan salah satu kekayaan budaya kita yang tumbuh dan mengakar dimasyarakat khususnya di pedesaan, yang harus dijaga kelestariannya”, tegasnya.
Salah seorang sesepuh setempat, Abah Ade (62 th) mengungkapkan keharuannya, manakala masih terpeliharanya budaya Papajar, terlebih anak muda dikampungnya dapat melestaikannya, dan larut dalam gelaran Papajar di daerahnya. *(sn.tri)