Ekbis, News  

Proyek Bernilai Ratusan Triliun, KCJB Nunggak Pembayaran pada Sub-kontraktor

PT CREC

CIMAHI,Simaknews.id  – Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) tercoreng, sebab PT China selaku Railway Group Limited (CREC) sebagai investor dan kontraktor proyek kereta cepat diduga belum melunasi pembayaran terhadap sub-kontraktor.

Salah satunya dialami PT Inti Karaha Mandiri Putra (IKMP) yang ditunjuk mengerjakan pemindahan utilitas PT Telkom dan PT PLN di wilayah Kelurahan Melong dan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

Pihak dari CREC belum melunasi sisa hutang sekitar Rp 181 juta ditambah dengan sisa tagihan dari PLN sebesar Rp 70 juta.

Tunggakan tersebut belum dibayarkan sejak tahun 2020 lalu, padahal proyek strategis nasional (PSN) yang dibangun melalui kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok ini sudah hampir selesai.

Pelaksana Lapangan PT IKMP, Andri Nurdian mengungkapkan, pihaknya ditugaskan PT CREC pada Agustus 2019 untuk pemindahan utilitas PT Telkom dan PT PLN di beberapa titik dengan nilai sekitar Rp 1,8 miliar.

”Pada awal-awal pengerjaan, PT CREC masih lancar melakukan pembayaran sesuai pekerjaan. Tetapi mulai pertengahan 2020, proses pembayaran mulai tersendat,” katanya.

Andri menjelaskan, total biaya pekerjaan yang sudah dibayarkan sebesar Rp1, 6 miliar serta sisa pembayaran yang belum dibayarkan PT CREC Rp 181 juta.

Pihaknya sudah berulang kali menagih tunggakan selama tiga tahun terakhir, bahkan upaya terakhir bertemu dengan KCIC pernah dilakukan November 2022 lalu namun hasilnya masih nihil.

“Kami sudah sering menagih pembayaran sesuai prosedur kepada CREC tapi hingga saat ini belum ada realisasi, cuma janji-janji saja,” bebernya.

”Bulan November juga sudah bertemu pihak KCIC di Jakarta, jawaban dari mereka bahwa pembayaran sudah dilakukan kepada CREC tetapi kami belum menerimanya,” imbuh Andri.

Dia mengatakan, sudah habis materi termasuk uang pribadi agar haknya dibayarkan. Tentu saja, lanjut dia, dampak dari masalah ini sangat mengganggu keuangan perusahaan karena tersendat pembayarannya, apalagi sebagian pembiayaan proyek ini berasal dari pinjaman.

”Jika mau mengeluh, sebenarnya saya sudah capek, di-ping-pong istilahnya. Sudah dibuat berita acara, mediasi, bahkan surat pernyataan dengan perwakilan CREC dan PLN soal pembayaran tadi tapi hasilnya 0,” ujarnya.

Tragisnya, ia harus menjual harta benda termasuk kendaraan dan rumah demi menutup modal proyek lainnya agar usahanya satu-satunya ini tetap berjalan.

Andri mengaku tak habis pikir, proyek bernilai ratusan triliun ini tercoreng hanya karena masalah pekerjaan yang tak kunjung dibayarkan.

”Sampai saat ini PT CREC belum memberikan kepastian terkait kewajiban yang harusnya dibayarkan. Kami juga sudah menduga pihak CREC bermasalah dengan sub kontraktor lain di proyek ini,” pungkasnya. (as)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *