lebaran2024
lebaran2024
lebaran2024

Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jabar Tertinggi se-Indonesia

Angka Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Jabar Tertinggi

BANDUNG, Simaknews,id – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jawa Barat masih memprihatinkan. Pasalnya, sejauh ini angka kasus masih tertinggi.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, I Gusti Agung Kim Fajar Wiyati Oka mengklaim, tingginya kasus di Jabar karena jumlah penduduk Jabar yang lebih banyak.

Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Rabu (5/4) mencatat, jumlah kasus di Jawa Barat ada 715 kasus.

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ada itu menempatkan Jawa Barat berada di posisi puncak se Indonesia terkait jumlah kasus.

Jika dirincikan, beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat yang jumlah kasusnya cukup tinggi di antaranya, Bekasi dengan 70 kasus, Kota Bandung 69 kasus, dan Bogor 66 kasus.

Merespon fenomena tersebut, Kim Agung mengungkapkan ada sejumlah sebab jumlah kasus kekerasan perempuan dan anak di Jawa Barat bisa tinggi.

Pertama, kondisi itu positifnya justru menunjukkan keberhasilan dinas dalam mengedukasi masyarakat agar berani melapor. “Karena tidak sedikit yang dilaporkan adalah kasus lama,” terangnya, Kamis (6/4)

Menurutnya, angka kasus bisa tinggi karena jumlah penduduk di Jawa Barat juga yang paling tinggi di Indonesia. ”Kalau dicermati, persentase kasus dengan jumlah penduduk nilainya kecil. Hanya 0,0014 persen,” cetusnya.

Dia mengakui jika kasus kekerasan perempuan dan anak memang sulit dihilangkan. Sehingga, pemerintah pun terus berupaya menekan kasus tersebut. Utamanya adalah pemulihan psikologis dari para korban.

Selain itu juga ada sejumlah langkah preventif yang dilakukan Dinas. Misalnya melalui program Jabar Cekas atau Jawa Barat Berani Cegah Tindakan Kekerasan.

Dinas juga terus berkolaborasi dengan berbagai instansi untuk menekan kasus itu. Mulai dari antar dinas hingga ke tingkat pemerintahan desa.

Namun demikian, Kim Agung juga mengingatkan bahwa peran orang tua tetap diperlukan. ”Orang tua tetap perlu memberikan pengawasan yang ekstra terhadap anak anaknya. (as)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *