GARUT, Simaknews.id – Dorongan kepada kaum milenial pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Kabupaten Garut terus bermunculan. Mereka menilai, sudah saatnya Kabupaten Garut dipimpin oleh kalangan milenial dengan harapan bisa bekerja lebih gesit dan cekatan demi kemajuan Kabupaten Garut ke depannya.
Salah satu dari kaum milelenial yang mendapat banyak dukungan untuk maju pada kontestasi Pilkada Garut yang akan digelar pada 27 November 2024 mendatang adalah Widi Nugroho, pengusaha muda yang sukses di bidang properti dan IT.
Widi mengatakan, jika dirinya mengapresiasi dan berterima kasih atas banyaknya dukungan dari berbagai kalangan yang menginginkannya untuk maju di perhelatan Pilkada Garut 2024. Menurutnya, jika hal tersebut sejauh ini masih menjadi pertimbangannya.
“Dorongan itu kan spirit bagi saya untuk berusaha ya, berusaha dalam artian apakah nanti saya memutuskan untuk mendatangi salah satu partai untuk mendaftar ke partai itu masih jadi pertimbangan, dan saya juga masih melakukan survei khusus untuk calon milenial. Apabila saya masuk dalam survei itu, dan hasilnya bagus, saya akan mendaftar,” ujarnya, Rabu (3/7/2024).
Widi menyebutkan, bahwa dirinya tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan ikut kontestasi Pilkada tanpa didukung data pendukung yang riil. Sebab menurutnya, seorang calon itu harus diterima oleh semua kalangan, bukan hanya didukung oleh kalangan milenial saja.
Ia menuturkan, jika dirinya adalah seorang yang realistis dalam menentukan sikap dan akan senantiasa bersandar pada hitung hitungan survei dan lainnya. Kendati begitu, menurut Widi, dorongan kaum milenial terhadap dirinya untuk ikut jadi kontestan tersebut merupakan sebuah keberhasilan perjuangan dirinya, agar kaum muda itu memahami tentang perpolitikan, atau minimal kaum milenial itu mau menyimak tentang politik.
Selain itu, terang Widi, bilamana maju di Pilkada Garut tahun ini, dirinya memiliki target yang tentunya berbeda dengan bakal calon lainnya. Ia menargetkan bukan tentang menang atau kalah, akan tetapi menunjukkan bahwa eksistensi politik milenial itu terletak pada caranya buka usianya.
“Seringkali saya menegaskan kepada rekan rekan saya yang tanya terkait keikutsertaan di pilkada, saya ingin menunjukan bahwa sejatinya eksistensi politik milenial itu terletak pada cara bukan pada usia,” ucapnya.
Widi menegaskan, milenial jangan terpaku pada usia 35 tahunnya, melainkan bagaimana pada usia itu mampu memerankan dalam cara dan gaya perpolitikannya. Sejauh ini, ungkap Widi, ia juga
belum melihat ada tanda-tanda rekrutmen parpol yang sejalan dengan semangat milenial yaitu melalui cara dan proses bukan berpatokan pada usia, apalagi dengan melihat banyak uang atau memiliki modal besar.
Makanya, lanjut Widi, dirinya masih menunggu permodelan rekrutmen parpol-parpol di Garut yang berani melakukan penjaringan bakal calon secara terbuka dengan pendekatan panel atau uji kelayakan kemampuan intelektual secara objektif, sehingga menghasilkan calon pemimpin yang benar-benar layak dan berkualitas.
“Intinya saya ingin di uji terlebih dahulu dalam kemampuan dan berbagai hal yang standarnya jelas dan tegas untuk berkompetisi di Pilkada ini,” katanya.
Widi mengatakan, terlepas dirinya akan mencalonkan atau tidak, yang menjadi prinsip adalah harus paham tentang isu-isu politik di Garut. Karena yang akan menjamin masa depan Garut itu adalah Pilkada itu sendiri, jangan sampai mereka menggadaikan politik ini hanya sekedar jargon.
Selain itu, ungkap Widi, andai dirinya memutuskan untuk tidak ikut dalam kontestasi Pilkada Garut tahun 2024 ini, ia masih menyembunyikan calon bupati mana yang jadi jagoannya untuk memimpin Garut ke depan. Tapi yang jelas, menurutnya, dukungan itu akan diberikan kepada calon yang aspiratif terhadap keinginan milenial meskipun calon tersebut bukan dari kalangan muda.
“Jadi pada dasarnya, apa yang menjadi isu titipan dari milenial itu akan coba saya sampaikan kepada mereka yang menurut penilaian saya akan lebih realistis dalam merealisasikan-program yang menjadi harapan anak muda,” ujarnya.
Widi menambahkan, bahwa yang disebut calon bupati atau wakil bupati milenial itu ukurannya bukan usia, tapi calon yang paham dan tahu isu anak muda dan mampu men- treatment permasalahan anak muda itu untuk menjadi sebuah solusi.
Ia menyebut beberapa nama bakal calon yang dekat dengan kaum muda, di antaranya adalah dr. Helmi Budiman dari PKS, H. Abdusy Syakur Amin dari Golkar, Yudi Lasminingrat dari PPP dan H. Dudung Sudiana. (Adero)