hut_cmi_2025

Cara UNPAR Merayakan Hari Lahir Pancasila

BANDUNG, Simaknews.id – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) yang dimotori oleh Pusat Studi Pancasila (PSP) UNPAR menggelar Peringatan Hari Lahir Pancasila sebagai nilai luhur sejarah bangsa yang mengambil tema “Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbungan Global” , Kamis  awal Juni ini di Gedung PPAG Multi Fungsi UNPAR, Jalan Ciumbuleuit 94 Bandung.

Kegiatan refleksi bersama tentang Pancasila ini ditujukan kepada para mahasiswa Unpar dan generasi muda ini diskenariokan dalam tiga bagian besar yaitu Prosesi Kebangsaan, Performance, dan Talk Show Kebangsaan. Acara dipandu oleh Steven dan Putri, mahasiswa Fakultas Ekonomi.

Kegiatan diawali dengan prosesi kebangsaan yang melibatkan Resimen Mahasiswa (Menwa) UNPAR dan penuh hikmat diikuti seluruh hadirin yaitu penghormatan Bendera “Sang Merah Putih” diikuti dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan diakhir dengan pembacaan teks Pancasila.

Acara kemudian dilanjutkan dengan refleksi bersama yang diawali dengan mendengarkan
penggalan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 yang dibawakan dengan passion ala Bung Karno oleh Tanu
Rahadi mahasiswa Fakultas Ekonomi UNPAR.  Pembacaan penggalan naskah ini dihadirkan agar mahasiswa pun diperkenalkan dengan teks asli dan suasana batin ketika pidato ini dikumandangkan.

Perjumpaan generasi sekarang dengan teks asli menjadi sebuah conditio sine qua non di tengah
berbagai percepatan perkembangan dunia. Seusai mendengarkan penggalan pidato Bung Karno, ada
sungguhan teater musikal yang mengisahkan kemelut perjuangan, tantangan zaman yang menjadi
pekerjaan rumah setiap generasi.

Pada bagian akhir, ditutup dengan bincang kebangsaan yang menghadirkan tiga pembicara yaitu
Brigjen (Purn.) Thomas Supono, Andreas Doweng Bolo (Ketua Pusat Studi Pancasila), dan Adito
Palendra (Ketua BEM UNPAR) dan dimoderatori Ghina Luthfi mahasiswa Fakultas Hukum.

Bincang Pancasila lintas Generasi ini merupakan sebuah upaya kecil untuk saling berbagi, saling
mendengarkan, saling memahami, berbagai momen kejuangan dalam berbagai era.

Brigjen (Purn) Thomas Supono yang menempuh karir di militer sejek 1970 berbagi tentang bagaimana Pancasila
itu menjadi nadir seorang prajurit. Hal itu terwujud konkret dalam Sapta Marga yang diuraikan satu persatu oleh Pak Thomas begitu beliau disapa sehari-hari di lingkungan UNPAR sebagai salah seorang pengampuh mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Beliau juga berkisah tentang kesejahteraan prajurit yang menjadi hal yang perlu diperhatikan karena bila ini diabaikan maka proses pendidikan ketentaraan itu mengalami hambatan. Beliau berkisah, ketika bertugas di Sulawesi di sekitar 1980-an, dimana malam-malam para prajurit mengikuti nelayan untuk mencari ikan demi memenuhi kebutuhan hidup. Bila itu terjadi terus menerus, akan mengganggu disiplin prajurit karena para prajurit tersebut akan terkantuk-kantuk di pagi hari terutama di jam-jam pembelajaran.

Adito pun menyoroti peran generasi muda dan situasi yang acapkali dihadapinya. Mewujudkan nilai-
nilai dalam sila-sila tersebut juga merupakan pekerjaan rumah besar bagi generasi muda.

Andreas Doweng Bolo Ketua PSP, dalam menanggapi pertanyaan dari peserta seputar Pancasila dan Pemilu
2024 menandaskan tentang pentingnya keterlibatan/partisipasi semua pihak termasuk mahasiswa
dalam pesta demokrasi tersebut. Pemilu bila kita mengutip pidato Bung Karno 1 Juni harus menjadi
gawe bersama kita.

Peserta kegiatan terutama para mahasiswa dari berbagai angkatan dan berbagai fakultas. Kegiatan
ini merupakan sebuah upaya memperkenalkan Pancasila dengan kepada generasi muda yang
seringkali dipandang tak mengetahui dengan baik sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Bila hal ini terjadi, tentu yang perlu dikritisi paling pertama bukan generasi muda, tetapi generasi pendahulunya yang tak mau melakukanan sesuatu yang berarti untuk mewariskan nilai luhur dan sejarah bangsa Indonesia itu. Karena sesungguhnya generasi muda sangat terbuka dan mau belajar bila ruang dan kesempatan itu diupayakan bersama. Hal ini terbukti, dengan kegiatan kecil yang dilakukan oleh Pusat Studi Pancasila UNPAR yang juga disambut antusias oleh para mahasiswa.

Semua ini bisa terjadi juga berkat dukungan dari pimpinan universitas, pimpinan lembaga terutama
Lembaga Pengembangan Humaniora yang berupaya mengajak mahasiswa yang mengikuti Mata
Kuliah Umum Pendidikan Pancasila dan juga Mata Kuliah Umum Pendidikan Kewarganegaraan serta
mata kuliah umum lainnya. Selain itu dukungan dari Lembaga Penelitian dan Pengabadian kepada
Masyarakat (LPPM) juga menjadi motor penggerak penting segala gagasan kebangsaan terus
digodok didalamnya.

Sebagaimana yang dikatakan secara lantang oleh Bung Karno dalam Pidato 1 Juni tersebut, bahwa
nilai-nilai kebangsaan itu tak mungkin terwujud tanpa perjuangan. Perjuangan untuk mewujudkan
nilai-nilai Pancasila menjadi kata kunci penting seluruh elemen bangsa demi masa depan bangsa
Indonesia.

Berikut petikan pidato Bung Karno yang menggariskan betap penting perjuangan itu:
“Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usulkan itu, menjadi satu
realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteit yang merdeka, ingin
hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan peri kemanusiaan, ingin hidup di
atas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup
dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang luas dan sempurna,-janganlah lupa akan
syarat untuk menyelenggarakannya, ialah perjuangan, perjuangan, dan sekali lagi perjuangan
(huruf tebal dari penulis). Mari berjuang dalam semangat gotong royong membangun peradaban
dan pertumbuhan global.* sn.Laurent_3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *