BANDUNG BARAT,Simaknews.id – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkda) Serentak 2024 di Kabupaten Bandung Barat (KBB) memiliki daya tarik tersendiri dan menjadi salah satu yang banyak disorot berbagai kalangan.
Pasalnya, dari kelima Pasangan yang ada, tiga di antaranya menggaet kalangan artis. Kemudian satu merupakan pasangan dari Independen dan satu lagi pasangan yang diusung partai besar di Bandung Barat.
5 paslon ini adalah Didik Agus Triwiyono-Gilang Dirga dengan nomor 1, Jeje Ritchie Ismail-Asep Ismail nomor 2, Hengky Kurniawan-Ade Sudrajat nomor 3, Edi Rusyandi-Unjang Asari di nomor 4 serta paslon independen Sundaya-Asep Ilyas.
Pengamat Politik Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani) Arlan Sidha menilai, jika kelima pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bandung Barat memiliki daya tarik masing-masing.
Arlan pun memprediksi persaingan perolehan suara akan sangant ketat. sehingga, Arlan memperkirakan tidak akan ada paslon yang memperoleh suara hingga 50 persen suara. Dia meyakini jika pemenang Pilkada KBB hanya akan meraup 30 persen lebih.
”Jika melihat sebaran konstituen, kelima paslon ini memiliki kapasitas dan kapabilitas sendiri-sendiri,” ungkap Arlan kepada wartawan, Minggu 24 November 2024.
Arlan menjelaskan, dikatakan unggul artinya semua pasanga calon memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kemudian luas wilayah cukup besar sehingga menghasilkan strategi kampanye yang beragam.
”Saya memprediksi tidak ada yang bisa menang 50 persen,” jelasnya.
Arlan memaparkan, plus minus kelima paslon dapat dilihat dari tahapan kampanye dan latar belakang figur itu sendiri. Paslon nomor 1 Didik-Gilang memiliki keunggulan disokong mesin partai yang militan dan sosok artis Gilang Dirga.
”PKS ini kan partai Islam, namun sayangnya tidak kemudian terbangun koalisi dengan partai islam lain seperti PKB. PKB masih berpengaruh di KBB menggaet kalangan NU, ini yang menjadi minus,” ujar Arlan.
Sementara paslon nomor 2 Jeje Ritcie-Asep Ismail, Arlan menilai dengan diusung PAN dan Gerindra memberi efek domino dari pamor Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto yang kini menjabat Presiden RI.
Selain itu, Jeje yang juga adik ipar artis top Raffi Ahmad juga diuntungkan dengan sokongan dukungan dari kalangan artis, strategi kampanye merata dan logistik yang kuat.
Selain modal popularitas dimiliki Jeje sebagai artis, lanjutnya, paslon nomor 2 ini endorsement-nya luar biasa, didukung kalangan artis dan gerakan kampanyenya tersebar. Kemudian dengan diusung Gerindra endorment Prabowo memberi banyak andil pada naiknya popularitas dan elektabilitas Jeje Ritcie-Asep Ismail.
”Kita lihat kampanye terbuka menghadirkan konser Dewa 19, bagi calon lain berpikir dua kali untuk melakukan itu. Artinya paslon ini punya power dan logistik kuat,” terangnya.
Catatan Arlan, paslon nomor 2 ini harus bisa merealisasikan program Prabowo ke KBB. Sehingga, hal itu akan menarik minat masyarakat untuk memilih Jeje Ritcie-Asep Ismail karena prioritas program pusat linear ke daerah.
”Endorsement partai dengan figur pak Prabowo memberi keuntungan jika Jeje bisa memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa jika mereka terpilih mampu menjadikan program di KBB menjadi prioritas pemerintah pusat,” terangnya.
Sementara, Paslon nomor 3 Hengky Kurniawan-Ade Sudrajat memiliki keuntungan sebagai petahana, namun sayangnya tidak nampak sosok Hengki sebagai orang yang pernah menjabat Wakil Bupati dan kemudian Bupati tidak bisa mengeksplorasi kerja politik selama menjabat.
”Sebagai petahana seolah tidak memiliki prestasi karena masih mengusung program lama, tidak ada terobosan baru. Meski sebagai artis yang lebih dulu masuk ke KBB Hengki dengan loyalisnya masih terjaga, namun dalam pilkada ini belum aman, karena itu ada pendatang baru yang notabene mampu menyainginya,” terang Arlan.
Untuk nomor 4 Edi Rusyandi-Unjang As’ari, Arlan memandang meski didukung Partai Golkar dan PKB latar belakang santri-aktivis ini belum bisa mendobrak popularitas dan elektabilitas paslon. Program unggulan yang disodorkan kepada masyarakat masih terbilang normatif, sehingga tidak memantik kekuatan dari luar koalisi partai.
”Paslon nomor 4 ini mengandalkan kekuatan internal saja, program unggulan juga normatif sehingga tidak bisa mendobrak potensi dukungan dari luar. Sementara paslon lain memiliki modal popularitas seperti artis,” bebernya.
Bagi paslon nomor 5 Sundaya-Asep Ilyas, lanjut Arlan, kolaborasi mantan legislatif dan eksekutif ini memunculkan program unggulan yang spesifik memberikan solusi permasalahan di KBB. Namun, dengan berangkat dari independen tanpa gerbong koalisi partai politik dirasa berat untuk menggaet simpati masyarakat.
”Dari program unggulan yang ditawarkan cukup memberi gambaran jelas kepada masyarakat, namun di Pilkada ini partai politik masih menjadi kekuatan inti untuk mendulang suara dengan sudah terkavlingnya konstituen parpol di setiap wilayah, sehingga kecenderungan orang memilih independen sangat sulit,” pungkasnya. (as)