hut_cmi_2025

Hendra Mampu Terangi Dunia Pendidikan

Meski Dunianya Gulita

Hendra
Hendra, Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Bandung. (foto; Istimewa)

BANDUNG, Simaknews.id – Lahir dengan disabilitas netra, Hendra mampu membuktikan jika dirinya tetap bisa berkontribusi untuk sekitar.

Sudah dua tahun ini Hendra menjadi guru Bahasa Indonesia di SMPN 4 Bandung.

Hendra memanfaatkan sejumlah fasilitas digital untuk mempermudah berkomunikasi dengan para siswa.

Ada laptop dan handphone khusus yang ia gunakan.

“Saat ini statusnya masih sebagai guru honorer. Tahun ini saya daftar PPPK, sudah lolos administrasi. Semoga bisa keterima jadi ASN,” ujarnya.

Hendra merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Ia lahir di Tasikmalaya 32 tahun yang lalu.

Dari kecil, orang tuanya telah membawanya untuk berobat ke sana ke mari.

“Tiap keluarga pasti ingin anaknya normal. Sehingga waktu itu sempat beberapa kali berobat, tapi ternyata Allah berkehendak saya tetap harus tuna netra,” ucapnya.

Akhirnya, ia pun sekolah di SLBN A Kota Bandung sampai SMP.

Di sanalah ia merasa memiliki motivasi dan semangat baru untuk terus berjuang.

“Tadinya saya merasa sendiri, tidak punya teman”ungkapnya lirih.

Tapi setelah bergabung di SLB,  ia semangat berjuang khususnya di dunia pendidikan.

Setelah lulus, Hendra melanjutkan pendidikan ke SMAN 7 Bandung.

Kemudian setelah lulus SMA, ia pun berkesempatan kuliah di UPI jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

“Alhamdulillah sekarang bisa bergabung jadi guru di SMPN 4 Bandung” akunya.

Ia satu-satunya anggota keluarga yang memiliki disabilitas.

Namun, ia juga satu-satunya di keluarga yang bisa sekolah sampai sarjana.

Sebagai disabilitas netra, Hendra memiliki cita-cita untuk menggebrak wacana dan paradigma terhadap kaum disabilitas khususnya di Kota Bandung.

Ia ingin agar para disabilitas bisa berdaya dan setara di tengah masyarakat inklusi.

Paradigma zaman dulu, guru disabilitas hanya bisa mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK).

Maka, Hendra sempat mengalami masa di mana ia kerap mendapatkan penolakan dari berbagai sekolah untuk mengajar.

“Dulu sempat melamar ke beberapa sekolah. Saya juga sudah berkali-kali ditolak jadi guru, ” tuturnya.

Di sinilah ia merasakan suka duka menjadi guru disabilitas netra.

Awalnya Hendra kesulitan untuk berinteraksi dengan siswa. Namun, keterbatasan itu ia jadikan motivasi.

Walaupun harus lebih kerja keras lagi dalam menyiapkan materi. Tapi ia bersyukur bisa sampai di titik ini.

“Mungkin awalnya murid-murid di sini bingung. Biasanya yang masuk itu guru normal, tapi kok malah saya. Namun, seiring berjalan, semuanya mencair,” akunya.

Maka dari itu, Hendra mencoba mengenali tiap siswanya melalui suara mereka masing-masing.

“Saya mengajar di dua kelas yang totalnya 70 orang siswa. Bukan hanya mengenal berbagai macam suara, tapi juga karakter anak,” akunya.

Ia berharap, bukan hanya mampu mencetak siswa yang cerdas, tapi juga memiliki karakter kuat, mental baja, dan kecerdasan akhlak.

Sebab menurutnya, jika siswa sudah memiliki kecerdasan akhlak, kecerdasan lainnya akan mengikuti.

“Dengan keterbatasan yang saya miliki, akan terus berjuang untuk mencerdaskan pikiran, akhlak, dan membangun karakter anak bangsa,” terangnya.

Para siswa di sekolah tersebut mengaku senang diajar olehnya. Baginya, Hendra merupakan guru yang kekinian karena bisa mengajar menggunakan digital.

Sehingga mampu mengimbangi anak-anak dan sesuai dengan era terkini.

Kepala Sekolah SMPN 4 Bandung, Asep Nuryana,mengatakan, meski sempat khawatir saat menerima Hendra sebagai guru, tapi ia yakin jika Hendra mampu memajukan murid-murid di SMPN 4 Bandung.

“Awalnya ada kekhawatiran, tapi setelah itu saya yakin Pak Hendra adalah sosok yang bisa menyamaratakan haknya, bisa mencerdaskan siswa-siswi di SMPN 4 Bandung,” ungkap Asep.

Ia menambahkan, Hendra bisa membuktikan jika mampu dan setara dengan guru lainnya.

Sebab Hendra bukan hanya bisa mengajar, tapi juga punya talenta lain seperti dalam bidang seni, agama, dan bisa lebih banyak memberikan inspirasi bagi siswa.

“Beliau bisa membuktikan jika disabilitas mampu berkarya, menjadi seorang guru di sekolah umum”,ujar siswa itu.

Hedra mampu bersekolah di SMA umum dan kuliah di UPI. Ini membuktikan kerja keras atas upayanya yang tak pernah berputus asa.

Di Hari Pahlawan ini, Hendra merupakan salah satu sosok pahlawan yang telah memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.

“Pak Hendra juga merupakan pahlawan pendidikan yang memberantas kebodohan dan pejuang keluarganya dalam mencari nafkah di tengah keterbatasannya,” imbuh siswa tersebut. *tri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *