hut_cmi_2025
News  

Capaian Jauh dari Target Standar, Dinkes Kota Bandung Minta RS Buka Pos Vaksin Polio

Dinkes Kota Bandung Minta RS Buka Pos Vaksin Polio
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian

BANDUNG,Simaknews.id –  Untuk memenuhi capaian yang ditargetkan pemerintah pusat dalam pemberian imunisasi polio, Dinas Kesehatan Kota Bandung mengintruksikan seluruh rumah sakit membuka pos vaksin.

”Kami berharap dengan strategi ini mampu mencapai nilai yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian, kepada wartawan, baru-baru ini.

Anhar menyebutkan, pada pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap pertama, target capaian Kota Bandung hanya 73,4 persen.

”Angka itu jauh dari capaian standar yang ditaregetkan pemerintah pusat. Untuk tahap kedua ini kami menargetkan hingga 95 persen,” sebutnya.

”Target itu sesuai dengan yang diminta pusat,” imbuhnya.

Menurut Anhar, agar target yang dikejar dapat direalisasikan, pihaknya pun meminta semua rumah sakit membuka pos vaksin.

”Di Kota Bandung ada 39 RS. Saat tahap pertama kami hanya melibatkan 7-8 RS. Tapidi tahap kedua ini kami libatkan semua rumah sakit,” tandasnya.

Sementara itu, Pelaksana harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, selain dengan melibatkan semua rumah sakit, untuk mengejar capain pemberian imunisasi juga bisa dengan cara menyisir balita oleh aparat kewilayahan.

”Itu (penyisiran) bisa jadi strategi lain,” kata Ema.

Menurut Ema, pentingnya dilakukan penyisiran karena dikhawatirkan masih ada balita yang tidak terdata oleh pihak posyandu.

”Biasanya yang tidak terdata itu di wilayah kawasan elit, seperti apartemen, perumahan atau komplek, dan kos-kosan,” terangnya.

Bahkan, lanjut Ema, beberapa kelurahan melaksanakan ‘sweeping’, dan menyisir seluruh ruang yang ada untuk mendata balita.

”Ternyata hasilnya luar biasa, banyak balita yang tidak terdata oleh posyandu jadi terdata,” terangnya.

Ema menilai, vaksinasi perlu dilakukan terhadap anak sebagai salah satu upaya menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang optimal dimasa yang akan datang.

”Kalau fase balita itu kita harus fokus ke kontruksi kesehatannya,” tutup Ema. (as)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *