hut_cmi_2025

Demi Serap Ilmu Baru di WJSC 2025, Tiga Perempuan Tangguh ini Rela Arungi Lautan Lepas Selama Tiga Hari Dua Malam

TASIKMALAYA, SimakNews.id – Stigma perempuan lemah yang selama ini berkembang di masyarakat mampu dipatahkan 75 peserta Women Jungle Survival Course (WJSC) 2025.

Tak hanya dari Jawa Barat, kegiatan yang rutin digelar tiap tahun ini diikuti oleh peserta perempuan dari berbagai daerah di Indonesia, seperti dari Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Lombok dan daerah lainnya.

Jarak yang membentang, serta lelah yang menghinggapi tubuh mereka selama tak menjadi halangan bagi para srikandi hebat itu untuk mendapat pengalaman dan petualangan yang rutin digelar EIGER Adventure itu.

Selama sepekan mereka digembleng dan mendapat bekal wawasan tentang bagaimana bertahan hidup di alam bebas dari para ahli di bidangnya. Tepatnya, di kawasan kaki Gunung Galunggung, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Dalam WJSC 2025, ada tiga orang perempuan dari Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat yang turut menjadi peserta. Dengan bermodalkan motivasi menyerap ilmu baru tentang bertahan di alam, mereka rela menempuh perjalanan selama berhari-hari.

“Motivasi saya ikut WJSC 2025 ini sebetulnya ingin memperdalam ilmu terkait di alam bebas, karena sejatinya saya asli dari kampung dan ilmunya bisa diterapkan di sana yang dekat dengan hutan juga,” kata Baiq peserta asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) disela kegiatan.

“Saya berangkat dari Baubau menggunakan kapal dan memang basicnya suka blusukan,” ucapnya

Baiq mengaku, setiap tahun kerap mendaftarkan diri untuk mengikuti event WJSC. Namun, baru bisa lolos pada WJSC 2025.

“Semoga ke depan bisa ikut Woman Adventure Course (WAC) atau program lain yang rutin diselenggarakan EIGER,” ujarnya yang bekerja di lembaga filantropi sosial ini.

Wa Ode Alya, peserta asal Baubau Sulawesi Tenggara mengaku menghabiskan waktu di perjalanan selama tiga hari dua malam. Namun, dengan motivasi ingin mendapatkan ilmu baru di WJSC 2025 mengingat dirinya punya hobi camping dan naik gunung.

“Di sini saya belajar banyak ilmu baru, bikin tenda, bivak, bikin perapian, memasak, packing hingga ilmu baru lainnya,” ucapnya.

Senada dengan dua peserta lainnya, Via peserta WJSC 2025 asal Pontianak, Kalimantan Barat mengatakan alasan dirinya mengikuti kegiatan ini lantaran ingin meningkatkan kemampuan dirinya di alam bebas mengingat dirinya aktif di pramuka dan paskibra.

“Karena saya juga bekerja di bidang kebencanaan dan sering berkaitan dengan masyarakat, saya ingin melihat bagaimana survival ini penting diterapkan tidak saja bagi pegiat alam namun juga bisa dikolaborasikan dengan masyarakat Indonesia,” kata Via.

Menurutnya, Indonesia ini berada di kawasan ‘Ring of Fire’ yang notabene rawan bencana, sehingga ilmu survival ini bakal berguna.

“Yang menari dalam WJSC 2025 ini, karena dari awal sudah disebarkan materi psikologi yang sesuai dengan background pendidikan saya. Jadi, yang melekat pada tubuh kita otomatis kedua hal itu berkaitan,” tuturnya.

Menurutnya, bagaimana seseorang itu bisa survival adalah bagaimana ketahanan psikologis lebih dahulu karena itu berkaitan.

“Jadi berlatih fisik itu penting namun berlatih kekuatan mental juga lebih penting,” tandasnya.

Diketahui, sebanyak 75 perempuan muda dari sejumlah daerah di Indonesia yang mengikuti kegiatan Women Jungle Survival Course (WJSC) 2025 yang diinisiasi EIGER Adventure.

Dihelat selama tujuh hari mulai dari 21-27 April 2025, kegiatan yang dilaksanakan di kawasan Gunung Galunggung, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya itu para wanita akan diajak untuk belajar, berlatih, dan mempraktikkan langsung ilmu survival di alam bebas.

Pada tahun 2022 dan 2024 lalu, WJSC diselenggarakan di Gunung Cakrabuana yang menjadi tapal batas antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Majalengka.

“WJSC 2025 ini adalah kursus jungle survival yang diinisiasi EIGER Adventure. Jadi, temen-temen perempuan ini dibekali ilmu mengenai survival, seperti membuat bivak, membuat api, mencari bahan makanan dari tumbuhan maupun hewan. Termasuk, medis dan navigasi,” kata Kepala WJSC 2025, Dini Hanifah saat ditemui di Basecamp Pinus Ciherang Kawasan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Selasa 22 April 2025.

Tujuannya, sebut Dini, untuk membangun dan memperkuat mental para peserta, sehingga mereka bisa menjadi perempuan-perempuan tangguh yang mampu survive di berbagai lini kehidupan.

“Sebenarnya kalau kita belajar survival itu kan kita harus bisa survive dimana saja. Tapi, pasti ilmu ini sangat berguna bagi temen-temen yang hobi berkegiatan di alam terbuka,” sebutnya.

Sehingga, sambung Dini, tatkala nanti para peserta dalam kondisi terjebak dalam kondisi survival mereka tidak bingung dan panik harus melakukan apa.

Namun, dibalik itu juga kebetulan dua tahun ini menyelipkan psikologi alam terbuka, dimana dalam kegiatan ini mental survival mereka bisa terbentuk untuk kehidupan sehari-hari.

“Selain WJCS, ada beberapa kegiatan rutin seperti EIGER Mountain & Jungle Course (MJC). Di MJC ini pesertanya dicampur ada perempuan dan laki-laki,” katanya.

“Sedangkan alasan WJCS ini karena kita ingin ada kegiatan khusus perempuan karena stereotipenya banyak, seperti lemah, beban tim.

Kendati demikian, dengan diberikannya pelatihan yang notabene spesifik tentu diharapkan bisa membangkitkan kepercayaan diri mereka.

“Mereka juga diharapkan bisa berperan dalam tim mereka. Baik itu tim pendakian khusus perempuan maupun yang campur dengan teman-teman mereka yang lain,” ujarnya.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *