CIANJUR, SimakNews.id – Jagung hibrida merupakan salah satu varietas jagung kini tengah diminati para petani lantaran sejumlah keunggulan yang dimilikinya.
Tidak saja dari sisi kuantitas panen yang bisa mencapai sekitar 8-12 ton per hektare, jagung hibrida memiliki memiliki karakteristik baru yang diinginkan, seperti ketahanan yang lebih baik terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap berbagai faktor lingkungan, seperti kekeringan, kelembaban tinggi, atau suhu ekstrim.
Kemudian, pertumbuhan tanaman yang lebih seragam sehingga memiliki tingkat kematangan yang lebih seragam pada saat panen, serta menghasilkan tongkol dan butiran jagung yang lebih seragam dalam ukuran dan bentuk.
Hal ini pun yang dimanfaatkan PT Tatanan Alam Segar atau TAS untuk mengembangkan produk pupuk cair yang diberinama Pupuk Panentas (Panen Maksimal Berkualitas).
Tak tanggung-tanggung, di awal tahun 2025 ini PT TAS berhasil memanen jagung hibrida dengan kualitas terbaik di lahan seluas 1,5 hektare yang berlokasi di Desa Nanggala, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur.
“Alhamdulillah di awal tahun 2025 ini, kami melakukan banyak pengembangan. Salah satunya, pengembangan jagung hibrida,” kata pengelola PT TAS, Ir Enggal, Kamis 2 Januari 2025.
Enggal menjelaskan, jagung hibrida ini menjadi salah satu varietas yang mampu dikembangkan dengan hasil panen yang sempurna.
“Hasil panen jagung hibrida ini sangat baik. Tapi ini juga tidak terlepas dari kerjasama baik para pekerja maupun pengelola kebun,” jelas Enggal.
Selain itu, ungkap Enggal, dalam proses penanaman jagung hibrida ini pihaknya juga mengaplikasikan pupuk organik dari PT TAS. Hasilnya bisa dilihat setelah ditimbang.
“Jadi kita sudah lakukan secara penuh dengan menggunakan pupuk organik,” ungkapnya.
Sehingga, tegas Enggal, tidak ada tambahan pupuk organik maupun tambahan kimia dari perusahaan manapun dalam proses penanaman jagung hibrida ini.
Pihaknya berharap, hasil panen yang didapat hari ini bisa lebih berkembang dan maju. Bahkan, bisa menular ke semua petani yang ada di berbagai wilayah di Indonesia.
“Termasuk kepada para petani yang fokus pada jagung hibrida ini karena ini cukup menjanjikan,” katanya.
Tak cuma itu, lanjut Enggal, di lahan perkebuanan seluas 1,5 hektare tersebut pihaknya juga bakal melakukan pengelolaan mulai dari peternakan seperti bebek, ikan, kambing dan sapi untuk ke depannya.
“Kalau untuk pupuk Panentas sendiri akan digunakan untuk perusahaan sendiri terlebih dahulu,” ucapnya.
Ke depan, Enggal berharap, pupuk ini bisa terus membantu mengembangkan tanaman jagung hibrida ini. “Awalnya kami menggunakan 20 kilogram pupuk dasar dan ditambah pupuk cair ini sebanyak 7,5 liter untuk sekali aplikasi. Sehingga untuk 1 hektare lahan hanya memerlukan 10 liter,” ujarnya.
“Kalau dalam dua aplikasi dibutuhkan 20 liter pupuk cair yang dtambah dengan pupuk dasar. Maka, bukannya tidak mungkin kita bisa melakukan impor ke luar negeri,” sambungnya.
Enggal menambahkan, pupuk organik ini menggunakan Pupuk Penentas yang sudah pihaknya distribusikan ke berbagai kota di Indonesia, seperti Pekanbaru, Medan, Kalimantan, Padang dan daerah lainnya.
“Selain itu, kita juga membantu program ketahanan yang digaungkan Pak Prabowo Subianto, salah satunya dengan menanam jagung hibrida,” kata Enggal. ****