Simaknews.id – Sepak terjang beberapa politisi kita akhir akhir ini memberikan kesan pada khalayak bahwa mereka kehilangan pegangan ideologinya.
Mereka hanya berdiri di atas emosi emosi pribadi. Para elit saling menguntai tangan bukan karena kesamaan platform idelogi tapi karena mempunyai musuh pribadi yang sama.
Mereka berjual beli kata, saling melempar argumen dan merangkai narasi, bukan untuk menjunjung keungulan ideologi dan program yang berpihak pada rakyat, tapi lebih kepada upaya melepaskan emosi pribadi ke ruang publik, menebarkan aroma ketersinggungan, kebencian dan balas dendam, sebagai akibat dari kekalahan dalam perebutan sumber daya.
Kepentingan rakyat hanya dijadikan alas lidah, bukan sebagai sikap batin dan arah tujuan pembangunan bangsa. Rakyat dibodohi dengan kelicikan dan tipu daya.
Beberapa elit diantaranya tanpa malu malu menggunakan topeng kemunafikan dan berdiri di depan publik meneriakan kebenaran palsu.
Namun sesungguhnya mereka sedang menunjukan wajah aslinya ; munafik, egois, selfis, narsis dan individualis dibalik topeng yang transparan itu.
Pertemuan elit PSI dan Prabowo adalah proyeksi dari kondisi perpolitikan kita saat ini.
PSI yang selama ini di mataku, dan juga masyarakat, tampil begitu anggun, menawan, menggoda kejujuran dan kebenaran batin setiap orang.
PSI laksana sorotan lampu kebenaran yg memisahkan terang dan gelap menyoroti sekelompok anak muda yg sedang melakoni sepenggal cerita drama di panggung politik bangsa.
PSI selama ini laksana tanah yang subur, tempat di mana generai tua menabur benih benih keadilan untuk mewariskan peradaban luhur bangsa ini.
PSI laksana sinar fajar yg menyembul dari kaki langit, tempat di mana generasi muda menggantung harapan dan mimpi masa depan.
Semua itu sirna ketika elit PSI membuka gerbang dan menebar karpet merah kepada Prabowo yang berjalan tertatih tatih menuju panggung kualisi. PSI telah meredup sinar terang kebenaran hati nurani mereka dan menggali liang lahat untuk menumpuk idealisme mereka dengan egoisme,
Mereka lupa bawah menggandeng tangan Prabowo sama saja mempersilahkan seekor cacing tanah merusak kecambah idealisme yg baru saja tumbuh.
Mereka tidak sadar bahwa dua puluh lima tahun usia reformasi, bukanlah liang lahat yang dalam untuk menenggelamkan dan memitoskan fakta kekerasan dan sejarah gelap sang monster.
Mereka lakukan itu bukan hanya karena mereka kehilangan bingkai ideologinya. tapi juga merespons serangan serangan partai yang sudah mapan, yang mencitrakan mereka sebagai sekelompok anak kecil yang baru belajar menapak tangga.
Kami rakyat biasa, seyogianya bangga jika PSI sebagai sinar fajar peradaban masa depan merespon serangan itu dengan menunjukan sikap kedewasaan, smart dan tetap dalam idealisme anak anak muda yang lahir di dan bertumbuh sebagai anak anak zaman kebebasan.
Ternyata mereka tidak tahan dengan godaan. Mereka mengalami difusi moral, tembok idealisme begitu rapuh untuk bertahan. Soliditas moral mereka tercerai berai.
Apakah mereka akan tetap bertahan sebagai anak jaman kebebasan, ataukah mereka akan melarut dengan para pewaris sejarah kegelapan jaman..
(Suara Hati Para Pengagum Idealisme Jaman Kebebasan). *dinukil dari WAG / sn.