(JOGJA), simaknews.id – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Untuk terus mengingat dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pejuang, sekumpulan pencinta sejarah yang terus aktif dan kontinyu mengajak masyarakat untuk terus dan selalu mengingat perjuangan bangsa. Mereka ini adalah Komunitas Djokjakarta 1945.
Dalam rangka memperingati HUT RI ke 77 dan mengisi kemerdekaan, mereka menggelar kegiatan, diantaranya dengan sejumlah kegiatan mulai dari diskusi hingga menampilkan teatrikal kolosal tentang peristiwa sejarah.
Komunitas dengan slogan “Tiada Sekarang Tanpa Dahulu” ini aktif mengajak masyarakat untuk terus mengingat sejarah, khususnya peristiwa sejarah di Jogja.
“Kami hobi sejarah, kami menampilkan kesenian dan kebudayaan, maka kami tampilkan sejarah melalui dialog, fragmen sederhana, hingga kolosal,” ujar Eko Isdianto, Ketua Djokjakarta 1945, seusai pentas teatrikal di Museum Benteng Vredeburg, Jogjakarta.
Berdiri sejak 2013, Komunitas Djokjakarta 1945 hingga koni beranggotakan delapan puluhan anggota dengan berbagai latar belakang profesi. “Mereka bergabung karena ketertarikan terhadap sejarah, bahkan tidak ada anggota yang berlatar belakang studi sejarah. Mereka dari berbagai latar profesi,” ujar mantan karyawan bank ini.
Diungkapkan Eko, sejumlah momen besar yang ditampilkan lewat teatrikal oleh Komunitas Djokjakarta 1945 diantaranya Serangan Umum 1 Maret, Jogja Kembali, Serbuan Kotabaru dan masih banyak lagi.
“Bulan lalu kami ke Manado, mengisi teatrikal kolosal dengan teman-teman Kodam XIII/Merdeka. Kami tampilkan peristiwa penyerbuan markas militer Belanda dan pengibaran bendera merah putih pada peristiwa 14 Februari 1946”, ujar Eko.
Komunitas ini membatasi peristiwa sejarah di Jogja dalam kurun waktu 1943 hingga 1950 untuk ditampilkan. Mereka sungguh-sungguh dalam menggodok naskah dan membuat cerita berdasarkan literasi sejarah yang ada, riset,naskah jadul, diorama museum hingga pelaku sejarah (veteran).
Demi menampilkan sejarah yang sebenarnya, komunitas ini bahkan mengoleksi baju dan senjata khas pejuang jaman dulu, ada 70 baju pejuang, 12 baju loreng jaman dulu,10 setel seragam tentara Jepang, persenjataan, properti karung goni, dan masih banyak lagi.
“Ini replika autentik, kami bikin khusus untuk media edukasi ke penonton. Kami peragakan apa yang dulu pernah dipakai,” pungkasnya.
Catatan, Komunitas Djokjakarta 1945 punya idealisme untuk tidak hanya menampilkan pejuang di garda depan. Mereka meyakini perjuangan merebut kemerdekaan berkat andil dari banyak pahlawan, termasuk dari pahlawan logistik seperti dapur umum.*sn.//Ki Pamenang