SIMAKNEWS.ID – “Mungkin Tuhan telah bosan, melihat tingkah kita yang bangga dengan salah dan dosa …” sebaris lirik lagu Ebiet G Ade ini menjadi pas dengan hingar bingar dan kesibukan kepolisian negeri ini yang sedang diobok-obok oleh kasus-kasus yang menjerat institusi polri belakangan ini.
Tewasnya Brigadir Yoshua oleh rekannya sendiri dan atas perintah atasannya sendiri, menjadi drama paling tragis dalam catatan sejarah Korps Bhayangkara.
Kasus ini telah memakan banyak korban. Tak main-main, mereka yang terseret dan tersungkur akibat skenario Sambo adalah para petinggi dijajaran Korps Bhayangkara.
Hingga seorang Presiden Jokowi sudah mengultimatum Polri hingga empat kali agar kasus ini dibuka dengan transparan, jujur dan profesional. Reputasi Polri dipertaruhkan.
Polri bukan hanya berhadapan dengan pihak korban saja,tetapi Polri berhadapan dengan kebenaran dan keadilan yang disaksikan langsung oleh publik (masyarakat).
Ironisnya, blunder telah dilakukan sejak awal kasus inibergulir. Celakanya,mereka yang menyandang pangkat dan jabatan tinggi di institusi penegak hukum negeri ini yang telah melakukan drama kolosal dari jajaran dan kelompoknya.
Karenanya tak berlebihan bila dalam pusaran kasus ini “banyak bintang bertabrakan”. Perang Bintang tersaji melalui tontonan dan tuntunan yang digelar oleh para pelakon. Publikpun menilai.
Komitmen Kapolri untuk tebas kepala jika tak mampu urus ekor ditunggu publik. Dan sebagian dari itu sudah dibuktikan. Terbukti, beberapa petinggi elit Polri di non aktifkan, karena terduga masuk kumparan dan lingkaran “Skenario Sambo”.
Dan publik menanti ending dari serial “The Last Emperor” yang diperankan oleh nama-nama besar dari jajaran Polri. *sn.//tri