BANDUNG, Simaknews.id – Seminar dan workshop menjelajah inovasi batik pendulum dengan teknologi menghadirkan peserta dari berbagai disiplin ilmu termasuk komunitas pencinta batik. Mahasiswa teknik, dan sains yang digagas oleh rumah batik komar bekerja sama dengan kedai reka dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Muhamadyah Bandung, berlangsung selasa (12/12) di rumah batik komar. Jalan Cipadung raya Timur I no.5 Kota Bandung.
Moderator acara, Ir. Estiyanti Ekawati M.T. Ph.D dari Institut Teknologi Bandung menyampaikan masyarakat pengguna batik masih sangat populer karena fashion dari batik itu tidak perna salah dipahami, dan batik bisa dipakai saat santai dan formil baik didalam dan diluar negeri, batik mempunyai identitas diri, nilai budaya serta ciri khas sebagai bangsa Indonesia,sehingga perlu kita jaga dan lestarikan.
Untuk meningkatkan nilai budaya dan produksi batik maka kami mencoba berkolaborasi membangun kebersamaan dan sinergi antara komunitas teknologi dan komunitas seni untuk terus berinovasi dengan mesin teknologi baik secara manual menggunakan cap dan memakai teknologi baru untuk lebih memperkaya hasil mesin produksi dengan berbagai ragam hias.
Dr.H.Komarudin Kudiya S.Ip.M.Ds sebagai inovator batik pendulum mengatakan rumah batik yang saya bangun disini adalah menjaga dan melestarikan nilai budaya , batik saya jenisnya moderat dan campur juga mengerjakan batik klasik. Didukung sentuhan dan latar belakang saya sebagai design sehingga bisa berkolaborasi dengan orang hebat dan inovator berbagai mesin industri Dr.Eko.Mursito dari fisika teknik Institut Teknologi Bandung.
Dengan menggunakan alat mesin pendulum yang diproduksi oleh Fisika Teknik ITB Bandung bisa memberikan nilai tambah selain nilai budaya, begitu juga dengan nilai ekonomi dengan kecepatan produksi dan menduplikasi, tidak menghilangkan nilai estetika, ketika ditanya tentang perbedaan membatik secara manual dan menggunakan mesin pendulum Komarudin mengatakan.
Menggunakan mesin teknologi sangat bagus , dan mengerjakan batik secara manual tidak bisa ditinggalkan karena peran manusia trampil sangat dibutuhkan, masing masing tidak saling mengganggu dan merusak, seperti contoh seorang.Maestro batik sampai kapan pun tidak bisa dikalahkan termasuk dengan mesin apapun teknologi, kita tidak anti teknologi tapi memanfaatkan untuk saling mengisi apapun hasilnya karena yang mengapresiasi adalah pengguna.
Sedangkan Dr.Ir. Eko Mursito Budi M.T Ketua kelompok keahlian Fisika Teknik ITB sekaligus juga sebagai inovator berbagai teknologi. Ia menjelaskan perkembangan teknologi tidak bisa lagi ditawar tawar. Setiap perubahan defisi teknologi baru tentu ada hambatan, tapi keinginan untuk tetap mencoba terus dilakukan, jangan sampai gagap teknologi , generasi sekarang lebih cepat dan tepat menggunakannya.
Kita ingin merubah cara kerja manual bisa beralih dengan teknologi menggunakan mesin sehingga bisa meningkatkan produksi, setiap perubahan teknologi tentu kwalitas yang kita utamakan. Sekarang ini kami membentuk tim batik dari ITB Untuk terus berinovasi berbasis teknologi industri partner didunia batik dengan melibatkan mahasiswa magister didalam pengembangan mesin batik pendulum dengan membuat software dan hardware terang Eko Mursito. M.T.
Sebagai tugas akhir magister mereka tidak hanya membuat jurnal saja tetapi bisa sampai membuat project menciptakan mesin, juga berhasil membuat alat penyinar batik disaat tidak ada cahaya matahari, perlu juga diketahui bahwa batik pendulum adalah alat untuk.membantu menggambar batik menggunakan corak melingkar, corak serkuler, dan memberikan corak yang baru.
Masih menurut Eko Mursito M.T perbedaan hasil produksi manual dengan mesin pendulum ada dua kelebihannya. Pola itu bisa diulang kalau kita memakai manual, kalau satu kali dicoba tidak mungkin diulang tapi kalau kita pakai mesin bisa diulang. Dan kedua adalah penempatannya dengan mesin bisa kita tempatkan pola itu mau di sebelah kiri atau kanan. Kalau menggunakan manual maka kita harus menggeser geserkan kain sehingga kurang praktis dikerjakan.
Begitu juga dengan pendapat Dra.Saftiyaningsih Ken Atik M.Ds Ketua program studi Kriya Teknik dan Fashion Universitas Muhamadyah Bandung, beliau lebih menekankan kepada pembelajaran tentang ragam hias menjadi salah satu bagian penting didalam batik ragam hias yang dipakai di batik pendulum, dengan tujuan supaya masyarakat menjadi tahu motip dan spirit sol dari batik. Disinilah pertemuan terjadi antara teknologi dan tradisional .
Disini kita mencoba mengembangkan agar peserta yang hadir disini bisa meningkatkan kreatifitas didalam batik yang diproses dengan mesin pendulum dengan perpaduan ragam hias sehingga dapat memberikan nilai tambah terutama mempengaruhi harga antara batik tulis dan batik yang menggunakan teknologi. ( SN/LAURENT)