SimakNews.id – Bulan suci Ramadan sangat identik dengan pelaksanaan salat tarawih dan saat selesai sholat tarawih ada salah satu doa yang biasa dibacakan sebelum salat witir, yakni doa kamilin.
Doa kamilin merupakan doa yang dipanjatkan untuk memohon kesempurnaan iman. Selain itu, doa kamilin merupakan doa yang dianjurkan untuk dibacakan selepas solat tarawih.
Doa kamilin umumnya dibaca setelah shalat tarawih dan sebelum shalat witir berjamaah di masjid dan mushalla. Tetapi doa kamilin dapat juga dibaca sendiri.
Baca Juga : Gak Cuma Mimpi Basah, Ini Penyebab Batalnya Puasa di Bulan Suci Ramadan
Adapun doa kamilin berikut ini dibaca setelah shalat tarawih sendiri baik di masjid maupun di rumah Dilansir dari nu.or.id, doa kamilin berikut ini disadur dari doa kamilin untuk dibaca berjamaah yang tercantum dalam Kitab Perukunan Melayu.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنِيْ بِالْإِيْمَانِ كَامِلاً، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّياً، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظًا، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلاً، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبًا، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيًا، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكًا، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضًا، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدًا، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبًا، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيًا، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرًا، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرًا، وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرًا، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدًا، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلًا، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيًا، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدًا، وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجًا، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسًا، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلًا، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبًا، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا
Allāhummaj‘alnī bil īmāni kāmilan. Wa lil farāidhi muaddiyan. Wa lish shalāti hāfizhan. Wa liz zakāti fā‘ilan. Wa limā ‘indaka thāliban. Wa li ‘afwika rājiyan. Wa bil hudā mutamassikan. Wa ‘anil laghwi mu‘ridhan. Wa fid dunyā zāhidan. Wa fil ‘ākhirati rāghiban. Wa bil qadhā’i rādhiyan. Wa lin na‘mā’i syākiran. Wa ‘alal balā’i shābiran. Wa tahta liwā’i muhammadin shallallāhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyāmati sā’iran wa alal hawdhi wāridan. Wa ilal jannati dākhilan. Wa minan nāri nājiyan. Wa ‘alā sarīril karāmati qā’idan. Wa bi hūrin ‘in mutazawwijān. Wa min sundusin wa istabraqin wa dībājin mutalabbisan. Wa min tha‘āmil jannati ākilan. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syāriban. Bi akwābin wa abārīqa wa ka‘sin min ma‘īn. Ma‘al ladzīna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyīna wash shiddīqīna wasy syuhadā’i wash shālihīna wa hasuna ulā’ika rafīqan. Dzālikal fadhlu minallāhi wa kafā billāhi ‘alīman.
Baca Juga : Waspada Diare Saat Ramadan, Jangan Sering Panaskan Makanan!
Artinya, “Ya Allah, jadikanlah aku orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui.
Baca Juga : Keluar Air Mani di Siang Hari saat Ramadan, Batalkah Puasanya?
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنِيْ فِي هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنِيْ مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِيْ مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allāhummaj‘alnī fī hādzihil lailatisy syahrisy syarīfatil mubārakati minas su‘adā’il maqbūlīn. Wa lā taj‘alnī minal asyqiyā’il mardūdīn. Wa shallallāhu ‘alā sayyidī muhammadin wa ālihi wa shahbihi ajma‘īn. Bi rahmatika yā arhamar rāhimīn wal hamdulillāhi rabbil ‘ālamīn.
Artinya, “Ya Allah, jadikanlah aku pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan aku tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjunganku Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (Lihat Perukunan Melayu, [Jakarta, Cetakan Al-‘Aidrus: tanpa tahun], halaman 58-59). ***